“Pegupon omahe doro

Nduwe layanan kudu diperhatekno”

(Pagupon nama rumah burung dara, pelayanan harus diperhatikan)

Adalah parikan khas Jawa Timuran yang dimodifikasi untuk kepentingan pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jombang. Kenapa tulisan ini dibuka dengan parikan khas ludruk Jawa Timuran, Karena Jombang merupakan tanah cikal bakal lahirnya kesenian Ludruk, yang oleh masyarakat sekitar dikenal dengan istilah Besutan. Sebagian orang mungkin belum mengenal atau merasa asing dengan kesenian besutan. Namun kesenian yang mengambil kata dasar “Besut”atau “mBesut” ini adalah kesenian khas yang telah menjadi ikon dari Kabupaten Jombang. Kesenian yang telah melekat dan menjadi tradisi di Kabupaten Jombang ini merupakan pengembangan dari kesenian Lerok yang bersifat “amen”. Pelakunya berpindah dari satu keramaian ke keramaian lain untuk menyuguhkan pertunjukan teater sederhana. Besutan merupakan kesenian rakyat Jombang yang memiliki fungsi sebagai penyampaian pesan. Sesuai dengan namanya, Besut, merupakan akronim dari “mbekto maksut” yang memiliki arti menyampaikan maksud/pesan.

Transformasi Besutan

Disdukcapil Jombang mentransformasi istilah Besutan dalam memberikan salah satu pelayanan kepada penduduk Jombang. “Besutan” Disdukcapil Jombang memiliki akronim Memberikan Pelayanan Khusus Terpadu Administrasi Kependudukan. Meneruskan semangat dan tradisi “Besutan” Jombang yang  tak kenal lelah dan selalu memiliki semangat kehidupan yang dinamis, selalu berusaha mencari sesuatu yang terbaik, serta akomodatif terhadap perkembangan jaman. Begitu juga dengan pelayanan yang terus diberikan oleh Disdukcapil Jombang demi tercapainya tertib administrasi kependudukan bagi Kabupaten Jombang.

Sublimasi dan kristalisasi nilai secara universal dari karakter “Besut” digeneralisasi oleh Disdukcapil Jombang dalam membangun sebuah pelayanan yang dekat dan melekat di jiwa masyarakat Jombang. Setelah menuntaskan pemberian NIK dan perekaman KTP-el, sekarang Disdukcapil Jombang menyasar sebagian masyarakat yang terkucilkan dari pelayanan formatif karena keterbatasan mereka. Masyarakat kategori ini adalah mereka yang menyandang disabilitas, difabel, maupun manula yang sakit menahun. “Justru mereka ini yang lebih membutuhkan dokumen kependudukan untuk mengakses pelayanan publik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun kucuran bantuan dari pemerintah!” Ujar Drs. Masduki Zakaria, M.Si, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil membeberkan program tersebut di ruangan kerjanya. Mengingat semakin pentingnya identitas tunggal (single identity) melalui Nomor Identitas Kependudukan (NIK), maka setiap penduduk harus memiliki data tunggal yang valid dan dibuktikan dengan kepemilikan KTP elektronik maupun Surat Keterangan (Suket) dan Kartu Keluarga. Saat ini setiap pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta telah menggunakan basis NIK dan nomor KK.

Pelayanan berbasis jemput bola ini adalah sebuah model pelayanan yang akomodatif terhadap bentuk primordialisme masyarakat terhadap struktur sosial yang lebih didominasi oleh “kenormalan” konstruksi dan fungsi tubuh. Dalam kondisi realitas sosial yang beragam, petugas Disdukcapil perlu melakukan dekonstruksi pemikiran dan mendobrak batas keterasingan serta benih-benih prasangka yang coba dibangun oleh keluarga ataupun masyarakat. “Ada enaknya dan ada gak enaknya sih, dengan pelayanan Besut ini” Ujar Maghfury, salah satu petugas Disdukcapil Jombang. “Saya pernah, waktu melakukan tugas perekaman, kebetulan pada waktu itu kita diberi tugas untuk melakukan jemput bola terhadap orang gila. Dia diberi dan dipakaikan baju tidak mau, bahkan ketika akan diambil sidik jarinya malah saya dikencingi..!” Lanjut penggemar Ayam ini sambil tertawa. 

Penghargaan tertinggi bagi para penyandang disabilitas ini adalah pengakuan terhadap perbedaan mereka dan diperlakukan sebagaimana layaknya manusia. Disdukcapil Jombang berupaya melakukannya dengan memberikan KTP elektronik dan KK sebagai bentuk pengakuan Pemerintah terhadap setiap warga negaranya. Sehingga pada akhirnya tidak terjadi dikotomi dalam pemberian pelayanan publik dari pihak negara maupun swasta. Jangan sampai terjadi kendala dalam mengakses pelayanan publik hanya karena tidak memiliki KTP Elektronik ataupun KK, karena itu merupakan tugas yang secara khusus diberikan kepada Disdukcapil selaku instansi pelaksana.

Pelayanan “Besutan” ini bersifat khusus karena mulai dari pemberian NIK dan pencetakan dokumen kependudukan diselenggarakan dalam satu waktu dan satu lokasi di mana masyarakat berkebutuhan khusus itu berada. “Rasa letih dan laparpun seketika hilang dan terbayarkan, saat KTP dan KK kita berikan kepada mereka. Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan untuk membantu orang lain” Ujar Maghfury yang akrab dipanggil Mas Fury. 

Dari biru mencoba merah

Tidak bermaksud menyinggung fanatisme dan politik identitas partai tertentu maupun simbolisasi warna. Namun Jombang merupakan salah satu contoh potret simbolisasi warna dalam setiap karakter warganya. Konon, kata Jombang merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa, yaitu ijo (Indonesia: hijau) dan abang (Indonesia: merah). Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang. Hal ini tidak lain karena Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan jalur lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Jogjakarta), jalur Surabaya-Tulungagung, serta jalur Malang-Tuban. Konsekuensinya adalah tingkat mobilisasi penduduk sangat tinggi. Jombang seakan menjadi jembatan multifungsi antara masyarakat industri dengan masyarakat tradisi.

Disdukcapil Jombang telah menuntaskan PRR yang menjadi momok dan PR di sebagian Kabupaten/Kota lainnya. Status “PRR” telah berubah menjadi status “card printed” dengan dibuktikan telah dicetaknya KTP-el. Tidak hanya dicetak,akan tetapi KTP-el langsung diantarkan di tiap-tiap rumah penduduk, gratis dan tidak dipungut biaya sepeserpun. Masyarakat hanya tinggal menunggu dirumah masing-masing untuk mendapatkan KTP-el.

Seakan rindu untuk selalu memeras otak dan keringat demi Negara. Disdukcapil Jombang mencoba beralih untuk menuntaskan Kartu Identitas Anak (KIA). Beberapa rencana dipersiapkan, mulai dengan membuka loket langsung dan berhadapan dengan masyarakat maupun bekerjasama dengan instansi lain. Akhirnya Disdukcapil Jombang menjatuhkan pilihan melakukan kerjasama dengan instansi pendidikan, baik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama Kabupaten Jombang. 

Strategi yang diterapkan adalah dengan menggandeng operator aplikasi Dapodik (Data Pokok Pendidikan) di tiap sekolah yang dikoordinir oleh masing-masing koordinator satuan kerja di tiap Kecamatan. Asessment yang telah dilakukan, mendefinisikan bahwa kebutuhan pendaftaran dan pencetakan KIA sudah ada di dalam aplikasi Dapodik masing-masing sekolah. Operator masing-masing sekolah diharapkan dengan mudah melengkapi berkas-berkas digital yang dibutuhkan. Seperti semangat GO DIGITAL yang telah dicanangkan oleh Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Disdukcapil Jombang mereplikasi dalam proyek baru ini.

Berkas digital yang digali oleh operator sekolah dari aplikasi Dapodik selanjutnya diserahkan ke petugas Disdukcapil Jombang. Dari berkas digital tersebut kemudian diolah oleh petugas Disdukcapil Jombang untuk dicetak menjadi KIA. Kerjasama dengan dua lembaga pendidikan di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kantor Kemenag Jombang sangatlah membantu dan memudahkan pendaftaran dan pencetakan KIA. Tidak adanya antrian mengular di loket, tidak adanya foto yang tertukar pada proses pencetakan, dan ketenangan petugas cetak dalam melakukan tugasnya adalah beberapa manfaat dari kerjasama ini. 13 Juli 2019 menjadi tanggal bersejarah dengan tajuk acara launching KIA serta diserahkannya KIA kepada 10.000 anak melalui perwakilan dari sekolah yang telah mendaftarkan berkas pendaftaran KIA. Praktis hanya dalam waktu tiga (3) minggu sejak dilakukan sosialisasi petugas telah melakukan pencetakan sebanyak 10.000 keping dari beberapa sekolah yang telah melakukan pendaftaran KIA.

Rangsangan yang diberikan dengan adanya launching KIA membuahkan hasil, sekolah-sekolah lainnya yang belum mengirimkan berkas KIA, menjadi termotivasi untuk segera melengkapi dokumen pencaftaran KIA bagi siswa-siswinya. Bagaikan cambuk semangat, petugas Disdukcapil Jombang semakin menggalakkan keinginan untuk menuntaskan blangko merah (KIA) mengikuti tuntasnya blangko biru (KTP-el) yang berstatus PRR.

Pelayanan Purba dan The Avangers

Konsep kesenian besutan menokohkan cak Besut, sebuah tokoh fiktif yang diperankan oleh beberapa orang di masanya. Meski tidak ada referensi akurat yang menjelaskan kapan kesenian ini mulai berkembang, namun kesenian ini diduga muncul pada tahun 1907 silam. Pelakunya adalah pria asal desa Plandi Jombang yang bernama Pak Santik. Tokoh Besut sendiri merupakan sebuah lakon yang diperankan secara cerdas juga penuh makna oleh Pak Santik. Meneruskan semangat dan tradisi “Besutan” Jombang yang  tak kenal lelah dan selalu memiliki semangat kehidupan yang dinamis, selalu berusaha mencari sesuatu yang terbaik, serta akomodatif terhadap perkembangan jaman. Begitu juga Disdukcapil Jombang mentransformasikan bentuk pelayanan dari model tersentral menjadi desentralisasi dan mendekatkan ke jiwa masyarakat. 

Belum lama ini Presiden Joko Widodo terus mengingatkan ke publik bahwa Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam mengaplikasikan konsep Industri 4.0, sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya saing Indonesia di era digital saat ini. Pelayanan model purba nan analogpun sudah semakin bergeser mengikuti trend serba digital. Manusia semakin dimanjakan dengan berbagai macam platform yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Tidak perlu keluar rumah kalau hanya untuk beli baksopun, bukan hal yang mustahil dilakukan pada saat ini. Revolusi industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan dan dorongan dari pemerintah dalam melaksanakannya adalah hal yang krusial. Tujuan konsep Industri 4.0 adalah peningkatan pendapatan, penghematan biaya, serta efisiensi operasional.

Disdukcapil Jombang sebagai bagian dari pemerintahan berusaha melakukan transformasi digital dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat. Masih ada dalam memori dan jejak digital di lini masa bahwa Disdukcapil Jombang pernah dibuat susah dengan ribuan antrian yang mengular dari masyarakat yang menginginkan pelayanan dokumen kependudukan. Bahkan masyarakat pernah harus dibuat tidur di kantor supaya mendapatkan nomor antrian di hari berikutnya. Namun diakui atau tidak pelayanan model konvensional sudah mulai ditinggalkan, terbukti sekarang dengan jumlah pengunjung 1000 sampai 1500 orang perhari, pelayanan yang diberikan malah semakin cepat dan akurat. Inovasi yang dilakukan untuk melayani pendaftaran dokumen kependudukan dengan sistem SISCA MANIS (Sistem Scan Lima Menit Selesai) dengan menggandeng ujung tombak pelayanan di Kecamatan berhasil memecah konsentrasi massa pun juga mempercepat proses pelayanan dengan sistem kirim berkas secara daring. Bak gayung bersambut, hal ini semakin dipercepat dengan adanya program TTE yang dicanangkan oleh Dirjen Dukcapil.

Kalau di The Avangers End Game, Dr. Strange mengatakan bahwa pasukan Avengers bisa memenangkan pertarungan melawan Thanos adalah 1 : 14.000.605, karena dia sudah menelusuri masa depan dan mengulanginya sebanyak 14.000.605. Maka Disdukcapil Jombang cukup mengalami kejadian menumpuk dan berjubelnya pemohon satu masa saja. Kita terus belajar, bahwa revolusi industri dengan menggunakan teknologi IoT (Internet of Things), dapat semakin mempermudah pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi e-Urus KTP di platform Android merupakan salah satu terobosan dalam melakukan pelayanan pendaftaran pencetakan KTP-el. Bagaimanapun juga gawai sudah merebut sebagian waktu dari manusia, Disdukcapil Jombang memanfaatkan itu untuk melakukan pendekatan pelayanan kepada masyarakat. Namun sayangnya euphoria tersebut agak sedikit terganggu dengan minimnya stok blangko KTP-el.

Disdukcapil Jombang sudah siap dan melaksanakan sebagian titah Presiden untuk melakukan revolusi industri 4.0. Tidak bisa dipungkiri bahwa data merupakan inti dari transformasi digital. Data merupakan harta karun yang dijadikan modal utama dalam perjalanan bisnis revolusi industri. Penggunaan single identity berbasis NIK merupakan pintu gerbangnya. Perubahan seringkali memang berat, penuh tantangan, dan perjuangan, namun disinilah Disdukcapil Jombang menunjukkan tekad yang bulat demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pemenuhan dokumen kependudukan di Kabupaten Jombang.

Terakhir, segala pencapaian yang diperoleh oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jombang ini tentunya masih jauh dari harapan, kita sadar bahwa upaya untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat harus terus diperjuangkan. Menjadi yang terbaik tentu lebih sulit dari sekedar menjadi baik. Ada proses panjang penuh perjuangan tanpa kenal lelah dan tiada henti untuk berevolusi dari “good”menjadi “great”. Sekali lagi, dibutuhkan semangat dan tenaga ekstra untuk membuat lompatan quantum presentatif. 

Diawal, ada parikan yang memulai tulisan ini. Tidak sah rasanya apabila meninggalkan tradisi Jombangan yang senang besutan untuk tidak menutup tulisan ini dengan parikan.

“Bismillah mulai ngendang

Kendange kayune nongko

Bismillah ayo do tandang

Bilih lepat nyuwun ngapuro” 

(Bismillah mulai bermain kendang, kendangnya kulit pohon nangka, Bismillah ayo mulai bekerja, bila ada salah tolong dimaafkan)